Archive for 05 Pencatatan, Penomoran, dan Pelabelan

Bab 5 Pencatatan, Penomoran dan Pelabelan

Pokok Bahasan 5

Pencatatan, Penomoran dan Pelabelan

Deskripsi

Pemahaman tentang pencatatan bahan kegenetikaan, penomoran bahan kegenetikaan, serta pelabelan bahan kegenetikaan

Sub Pokok Bahasan

Pokok bahasan tentang pengelolaan keragaman genetik akan mencakup dua sub pokok bahasan yaitu :

    1. Pencatatan Bahan Kegenetikaan

    2. Penomoran dan Pelabelan Bahan Kegenetikaan

Relevansi Pokok Bahasan

Pekerjaan pencatatan bahan kegenetikaan, penomoran bahan kegenetikaan, serta pelabelan bahan kegenetikaan sangat penting dalam pemuliaan tanaman. Pekerjaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara lengkap, akurat, simpel dan efisien untuk semua materi pemuliaan tanaman.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan pencatatan bahan kegenetikaan, penomoran bahan kegenetikaan, serta pelabelan bahan kegenetikaan.

Leave a comment »

5.1 Pencatatan Bahan Kegenetikaan

Sub Pokok Bahasan 5.1

Pencatatan Bahan Kegenetikaan

5.1.1 Pengantar

Tujuan dari pencatatan bahan kegenetikaan adalah :

  1. Agar bahan genetika memiliki sejarah dan silsilah (pedigree) secara berkesinambungan untuk setiap varietas/ hibrida/ klon/ materi pemuliaan.
  2. Agar bahan genetika memiliki sifat efisiensi dalam penanganan bagi beribu-ribu varietas/hibrida/klon.
  3. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekaburan/ kesalahan.

img5-1-1sumber: http://www.deptan.go.id.

Dalam kegiatan pencatatan dalam pelaksanaan program pemuliaan tanaman meliputi :

  1. Pembuatan catatan asesi ( Accession Record)
  2. Buku harian persilangan (diary of crosses)
  3. Buku proyek
  4. Rincian tanaman dan list
  5. Buku catatan lapang (Field notebook)
  6. Catatan tanaman

5.1.2 Catatan Asesi

  • Catatan yang disimpan adalah catatan dari semua materi yang diterima dan diuji termasuk materi introduksi, seleksi dan hibridisasi.
  • Buku catatan asesi dibuat dan disimpan untuk masing-masing jenis tanaman. Buku ini mempunyai ukuran 20 cm x 30 cm, bersampul kuat dan tebal dengan spiral, serta memiliki halaman dengan nomor halaman.
  • Di samping itu dibuat kartu asesi yang disusun secara alphabetis. Kartu-kartu asesi ini merupakan duplikat dari buku catatan asesi dan merupakan referensi cepat bagi breeder.
  • Untuk masing-masing jenis tanaman, setiap varietas/hibrida/klon diberi nomor urut mulai angka 1 untuk setiap tahun. Angka urut di bawah 10 di depannya diberi angka nol (0) misal 01, 02, dan seterusnya.
  • Mendahului angka identitas varietas/hibrida/klon ditulis 2 digit terakhir dari tahun di mana varietas/hibrida/klon dilakukan uji pendahuluan/Nursery test.img5-1-2
  • Satu baris untuk masing-masing halaman rangkap (double page) dari buku asesi harus dipergunakan hanya untuk satu varietas/hybrid/klon.
  • Kolom-kolom dari halaman rangkap tersebut menunjukkan secara berturut-turut nomor asesi, nama varietas/ hybrid/ klon penciri lain, tanggal diterima, sumber benih, nama sumber, silsilah, deskripsi botani secara singkat, dan catatan-catatan (remarks).
  • Suatu kartu asesi dibuat untuk masing-masing nama varietas/ hybrid/ klon (misal O A C 21) dan galur seleksi yang tidak bernama serta galur-galur hybrid yang sudah seragam.
  • Kartu-kartu asesi berukuran 5 cm x 12.5 cm atau lebih besar dan menunjukkan pada bagian ujung sudut atas kiri ditulis nama varietas/ hybrid/ klon sedangkan pada bagian ujung/sudut kanan ditulis nomor asesi.
  • Kartu-kartu asesi dicetak untuk mengisi informasi-informasi seperti yang ditulis di nomor asesi.
  • Di samping itu sifat-sifat agronomi penting dari setiap varietas/ hybrid/ klon dicatat pada bagian bawah.

5.1.3 Buku harian Persilangan (Diary of Crosses)

  • Tujuan : untuk memiliki sejarah singkat tetapi lengkap bagi setiap persilangan sehingga tersedia setiap waktu.
  • Merupakan buku catatan yang berukuran 20 cm x 30 cm bersampul tebal, kuat dan berspiral serta bernomor halaman, satu dipergunakan untuk setiap jenis tanaman.
  • 4-5 halaman pertama digunakan sebagai indeks dan nomor persilangan secara berurutan.
  • Halaman rangkap digunakan hanya untuk pengulangan
  • Setiap buku laporan/diary accession dimulai dengan identitas persilangan dan tujuan persilangan.
  • Kemudian setiap kejadian dan semua informasi penting yang berhubungan dengan persilangan dimasukkan beserta tanggalnya. Misalnya pembuatan persilangan, jumlah tanaman betina yang digunakan, jumlah biji hybrid yang diperoleh, jumlah biji yang diterima, jumlah tanaman F1 yang dipanen, jumlah perkiraan biji F2 yang akan dipanen dan ditanam di plot nursery, jumlah tanaman F2 yang akan dipanen secara individual dan prinsip-prinsip dasar dari seleksi, jumlah keturunan tanaman F2 (biji F3 yang terselamatkan sesudah pengujian benih), dan seterusnya.
  • Informasi penting seperti pengujian, jumlah seleksi yang dilakukan, jumlah yang diteruskan dan nilai-nilai yang tampak menonjol dari material pemuliaan dicatat.

Leave a comment »

5.2 Penomoran dan Pelabelan

Sub Pokok Bahasan 5.2

Penomoran dan Pelabelan Bahan Kegenetikaan

Tujuan penomoran bahan genetika adalah untuk mengidentifikasi secara lengkap, akurat, simple, dan efisien untuk semua materi pemuliaan tanaman.

img5-2-1Gambar. Penomoran tabung ampul mikroba untuk perakitan varietas resisten penyakit.

5.2.1 Penomoran Materi introduksi, hasil seleksi dan galur hibrid yang seragam

Caranya adalah sebagai berikut :

  • Setiap amplop/ kantong benih memuat nomor asesi varietas/ hybrid/ klon.
  • Identifikasi dilengkapi dengan namanya dengan singkatan huruf. Bila dikehendaki nama dapat dipakai dengan nama kota, propinsi/ lembaga instansi pemerintah. Contoh : IPB 9225 / DKI 9225
  • Bila benih introduksi baru/ varietas/ hybrid/ klon diterima terlambat untuk dilakukan pengujian pendahuluan, misal diterima terlambat pada tahun 1995, maka materi pemuliaan tanaman tersebut dimasukkan pada tahun berikutnya. Contoh : IPB 9601, IPB 9602, dan seterusnya.

5.2.2 Materi Hibrid yang ditangani secara metode silsilah (pedigree method)

Tujuan : Memberikan informasi lengkap, akurat dan efisien untuk semua materi pemuliaan dari persilangan-persilangan melalui penyilangan pada generasi memisah (F2) sampai dengan tercapai kemurnian genetik. Caranya, semua materi ditangani melalui metode silsilah ditumbuhkan pada petak H kelas (petak pengujian pendahuluan) yang terdiri dari ½ baris dengan ukuran panjang 2-3 m dan jarak antar baris 40 cm.

a. Persilangan Tunggal

  • Persilangan ditandai dengan kombinasi nama-nama varietas tetua dengan nama tetua betina ditulis lebih dulu dan nomor (jml). Contoh Regent x Conus 71
  • Untuk Persilangan kebalikan (Reciprocal cross), juga ditandai kebalikannya. Contoh : Conus 71 x Regent
  • Hibrid ditandai juga dengan F (filial) dan nomor generasi. Contoh : F1 (generasi 1), F2 (generasi K2/generasi memisah), dan seterusnya
  • Benih hasil tanaman F1 dari tetua betina yang sama dikumpulkan dalam satu kantong/amplop dan ditandai dengan F1 dan jumlah persilangan. Contoh : 74 F1. Bila perlu ditambah dengan kombinasi tetua. Contoh : 74 F1 (Regent x Conus 71)
  • Benih dari hasil persilangan resiprokal disimpan dalam kantong/ plastik terpisah
  • Sebelum benih F1 ini ditanam lebih lanjut, nomor petak di mana benih tersebut akan ditanam pada petak H kelas dicatat pada amplop yang bersangkutan. Contoh 74 F1 H 1904
  • Benih F2 yang dihasilkan dari penyerbukan sendiri tanaman F2 disatukan (bulk) dalam 1 amplop/ kantong dengan diberi catatan. Contoh : 71 F2 (71x persilangan)
  • Benih-benih F2 hasil persilangan kebalikan disimpan dalam amplop terpisah.
  • Dalam petak pengujian pendahuluan satu pancang dengan label ditempatkan pada baris pertanaman. Label yang ditempelkan pada pancang ditulis identitas materinya. Contoh : 71 F2
  • Apabila F2 membutuhkan sederetan lebih dari satu seri dari baris nursery, baris pertama dari setiap seri diberi pancang dan label.
  • Tanaman-tanaman F2 yang dipanen, diikat bersama-sama dan diberi label yang menunjukkan jumlah persilangan dan jumlah baris. Contoh : 74 F2 H265-54 untuk tanaman yang berhasil dipanen dengan baris-baris H2651-2654
  • Di antara baris-baris pengecek 2650-2655 catatan tambahan lainnya pada tanaman F2 yang dipanen adalah informasi yang menunjukkan kegenjahan, munculnya malai bunga (Heading) dan resistensi terhadap suatu penyakit/ hama penting.
  • Tanaman pengecek dipanen dan diberi label yang menunjukkan nama varietas dan nama baris. Misal : Apex 2655
  • Hasil tanaman F2 kemudian dirontokkan dengan tangan secara individu atau dengan motor mesin perontok.
  • Biji tanaman F3 dari hasil tanaman F2 segera digundukkan di atas secara berdekatan dalam kelompok berbentuk segi empat, masing-masing kelompok datang dari baris-baris tanaman dari petak nursery antar 2 baris tanaman pengecek.
  • Masing-masing gundukan (kelompok) diidentifikasi menggunakan label yang sudah ada dalam bungkus tanaman F2 yang diambil dari baris-baris dalam petak nursery. Gundukan-gundukan biji dari individu tanaman pengecek diidentifikasi dengan baik.
  • Gundukan biji yang memuaskan (keturunan F3) kemudian dimasukkan dalam amplop terpisah dan ditandai dengan jumlah barisan dengan nomor urutan F2 (keturunan F3).Contoh : 71-1; 71-2; 71-3.
  • Bila pengujian hibrid direncanakan, benih/biji masing-masing keturunan F3 dipilah dalam amplop sesuai dengan nomor baris dan ulangan di mana masing-masing keturunan F3 ditanam. Contoh : 11-12 mungkin menempati baris H606 (petak H kelas 607). Keturunan 71-13 mungkin menempati H608, petak H kelas 608, dan seterusnya
  • Keturunan 71-12, 71-13 dan seterusnya mungkin juga memiliki sifat resistensi terhadap penyakit dan dirancang pada baris khusus dengan tanda 12. Contoh 71-13-1; angka 1 merupakan nomor keturunan F4 yang diselamatkan dari famili nomor 13 dari persilangan 71 yang tumbuh pada baris H 608.

b. Silang Balik (Back Cross)

Tujuan : Menyusupkan satu sifat resisten yang adaptif terhadap salah satu tetua, di mana tetua yang memberikan sifat disebut tetua non recurrent dan tetua yang menerima sifat disebut tetua recurrent. Silang balik adalah keturunan hasil persilangan disilang dengan salah satu tetuanya.img5-2-2

Bisa juga back cross terjadi karena adanya persilangan sendiri maka menjadi :img5-2-3

Contoh : BC pada F3 & dilakukan satu kali BC ke Limg5-2-4

Leave a comment »

Penutup

PENUTUP

  1. Setelah membaca materi dari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami keseluruhan materi.
  2. Apabila pemahaman kurang dari 70%, mahasiswa diharapkan membaca ulang materi pokok bahasan ini.
  3. Pokok bahasan selanjutnya adalah tentang Evaluasi Karakter
  4. Untuk memperjelas materi sesuai pokok bahasan atau menambah wawasan terkait dengan bahasan dalam sub-sub pokok bahasan, disediakan power point bahan ajar serta artikel relevan lainnya dalam format PDF.

Bahan Kuliah
Pencatatan Bahan Kegenetikaan.pdf
Penomoran dan Pelabelan.pdf
Pencatatan Bahan Kegenetikaan.pps
Penomoran dan Pelabelan.pps

Leave a comment »